Cerpen Bukan SeharusnyaBy: Mentary @AIITHARICH
Mendekatlah, akan kuceritakan padamu apa itu membenci sekaligus mencintai. Derita yang harus dilakoni setiap harinya sebagai actor dalam kehidupan. Jangan berisik, ini tentang rahasia yang selama ini selalu kuceritakan pada tembok jadi berjanjilah jangan pernah mengatakan pada siapapun, sungguh ini adalah hala yang selama ini aku kutuk tiap malam. Cerita yang benar-benar nyata tapi selalu ku doa berharap ketika aku bangun tak pernah terjadi. Lebam-lebam pada hati sudah benar-benar terjadi, entah aku harus menyalahkan siapa tapi sungguh aku membencinya. Dan ingat sekali lagi ini rahasia kawan karena ketika kau ceritakan, mereka akan membual menjatuhkanku semakin membuatku menderita. Benci itu dimulai pada saat malam purnama sedang bermain dengan cantik memandikan sinarnya pada aku dan dia yang terbaring penuh cinta pada kasur dengan selimut yang ingut bercumbu.
Ingat ini rahasia kawan…
Matahari pagi itu menusuk wajahku jelas tak mau kalah oleh purnama yang semalam membuat kami berpesta seperti binatang buas tanpa norma diatas kasur putih lembut ini. Aku mulai mengatur nafas yang kamu buat tak teratur berkat erangan merdu semalam. Pegal-pegal masih kurasa di tubuhku serta harum bau keringatmu yang begitu kunikmati saat berada dipelukan. Dia keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan senyum merekah menatapku seperti biasas etelah menghabiskan malam bersama. Aku mencintainya.
Aku masih dalam keadaan tidak wajar terbaluti selimut,
sesekali dia melirik iningin lagi tapi waktu memaksa kami berhenti. Melihatnya
benar-benar membuatku teduh dan nyaman seakan seseorang yang berada di malam
itu adalah bukan dia. Dia mendekat mencium keningku penuh cinta. Aku meraa dia
bukan iblis yang sering menghabiskan malam seperti biasa bersamaku.
“Mandilah sayang aku akan bergegas pergi,”ujarnya embut.
Aku benci perpisahan, aku tahu rindu akan menemaniku lagi.
Ada air yang membasahi pipiku. Dia melihatnya dengan haru lalu mendekapku erat,
menyediakan bahunya seperti biasa untuk mengeringkan air mataku.
“Kenapa kau menangis? Hanya sebentar dan kita pasti bertemu
lagi kan.”
“Suta..” Kataku lirih. Dia makin kuat mendekapku saat
tangisku makin pecah. “JAngan pernah tinggalkan aku? Kita akan bersama janji?”
“Tentu saja,”jawabnya pasti.
Aku lega, aku percaya sepenuhnya padanya, aku membencinya karena
hal itu tapi juga teramat mencintainya. Dengan wajah berseri aku yakin
mengatakan kabar baik ini dan pasti akan membuat kita saling bersama lalu Suta
akan melupakan wanita yang sempat membuatnya berpaling itu. Hal yang pernah
membuat aku benci setengah mati ketika mereka bercumbu di kasur ku dulu.
“Aku hamil sayang.”
Wajah penuh cinta dan teduh Suta berubah menjadi geram
persis seperti wajahku dulu yang menelanjanginya sedang bercumbu dengan wanita
jalang itu. Suta kalap, dia mengacak-ngacak kasur dan menarik selimut yang
kubuat menutupi tubuhku. “TIDAK MUNGKIN!”
Itu yang paling aku ingat dari perkataannya. Puncak semua
dendam yang selama ini kubungkus dengan pemaafan. Ini keterlaluan, apa maksudnya tidak mungkin? Dia menuduh aku melakukan dengan orang lain?
Atau dia menyuruhku membunuh anak ku sendiri?
Atau dia menyuruhku membunuh anak ku sendiri?
Botol bir yang semalam kita nikmati bersama diantara peluk
cium penuh mesrapun aku ambil dan lalu siap ku pukul menghantam kepalanya.
Ingat ini rahasia kawan…
*
Bau rumah sakit begitu khas dan menusuk hidung pengunjunga
yang tak terbiasa. Tapi tidak bagi dia, bau rumah sakit kini sudah menjadi
kebiasaannya semenjak seseorang yang begitu dia cintai dan juga dia benci
menetap di sana.
“Kau datang mengunjung lagi? Setiap hari?” Ujar seorang
dokter yang biasa menangani sambil mendekat.
Dia tersenyum. “Ini semua karena aku kalau tidak mana
mungkin dia di sini.”
“Sepertinya bukan salahmu sepenuhnya, aku sering mendengar
apa yang dia celotehkan dan apa yang kamu jelaskan ini hanya kesalah pahaman.”
“Iya dia menyalahkan aku atas semuanya bukan? Mungkin memang
aku yang salah.” Ujar orang itu sungguh menyesal.
“Itu hanya karena kejiwaannya terganggu, sebenarnya dia
sangat mencintaimu terlihat jelas dia tak bisa memaafkan dirinya setelah
memukul kau dengan botor bir itu, buktinya dia sampai tinggal di Rumah Sakit
Jiwa ini.”
Suta tak bisa menahan air matanya, memalukan memang untuk
seorang pria tapi dia begitu mencintaiIstrinya itu. “Iya dok malam itu kami
berhubungan suami istri seperti biasa tepat 7tahun ulang tahun pernikahan kita.
Paginya dia mengatakan dia hamil. Aku marah dan menyuruhnya menggugurkan. Mana
mungkin seseorang mandul bisa hamil? Mungkin dia membalas dendam karena aku
sempat terpikir mempunyai anak dengan wanita lain. Tapi sunguh aku mencintai
istriku.”
---