Kamis, 05 September 2013

Bahagia dengan seharusnya



Cerpen: Bahagia Dengan Seharusnya
By: Mentary @AIITHARICH



Di kepalaku menguap banyak jika yang tak akan pernah lagi jadi nyata. Kini hanya dapat menikmati luka dan menyenandungkan penyesalan merintih memaki pilihan. Penyesalah memang selalu datang diakhir bersama pilihan-pilihan nekat yang awalnya berharap kebahagiaan namun takdir menyuratkan kesedihan. Kehilangan telah menenggelamkan aku dalam harapan dan perjuangan yang selama ini telah jadi sia-sia.
“Kita sama-sama wanita seharusnya kau mengerti apa yang aku rasakan Nin.”
“Aku mengerti tapi apa kau tahu kebahagiaan itu kita sendiri yang menciptakan bukan menunggu orang lain memberikan.”
“Kamu benar Kaninta tapi tidakkah kau tahu juga yang kau lakukan bukan menciptakan kebahagiaan tapi merebut kebahagiaan. “
“Terserah apa yang kau katakan tapi dia lebih memilih aku daripada kamu dan kami saling mencintai. Lupakan dia.”
Gadis itu tak dapat lagi menahan deras air yang tertahan di kelopak matanya. Perih yang dia rasakan sudah terjadi, orang yang dia banggakan meninggalkannya demi wanita lain yang dengan mudah menghancurkan dongeng kebahagiaannya. Kaninta sahabatnya sendiri kini telah bersama separuh hatinya yang dulu teramat dia jaga.

**

Gadis itu duduk termenung di pojok kelas yang telah sunyi sedari tadi sambil mencorat-coret meja nama dia dan pria yang dia tunggu. Sesekali dia melihat kearah jam dinding yang berada di depan tepat diatas whiteboard bertuliskan rumus-rumus variable yang tak dapat dia cerna di dalam kepala karna sudah penuh dengan rindu seseorang yang masih dia tunggu. Ruang itu begitu sunyi tapi tidak dengan detakan jantuk gadis itu juga teriakan hati yang mengeluarkan bunyi helaan nafas berkali-kali berkepanjangan seperti menciptakan melodi orchestra kesedihan. JEmari kanannya masih sibuk membuat ukiran-ukiran di mejanya yang kini berubah menjadi coretan-coretan kemarahan. Dia benci menunngu tapi dia harus melakukan itu.
Perlahan dengan jari-jari gemetar dan kepulan mendung yang berada di retinanya dia mengambil handphone di saku seragamnya. Dia membuka kotak masuk dan membaca kembali pesan masuk yang seharusnya dia simpan di dalam kotak usang bernama melupakan. Jelas pengirimnya adalah Rio, orang yang dia tunggu.

"Aku tak dapat meneruskan ini lagi. Yang kau lihat kemarin benar, aku mencintainya melebihi rasaku padamu. Maaf."

Tapi inilah cinta dengan segala kebodohan yang mengatas namakan ketulusan. Setelah lelah berjuang sendirian gadis itu berusah bertahan pada ketidak psatian. Gadis itu percaya seperti hari-hari biasa Rio akan datang menjemputnya di kelas dan berkunjung sejenak kerumahnya karna alasan masih panas. Ia panasnya rindu yang tidak ingin pisah. Dengan langkah lunglai gadis itu menyadarkan dirinya bahwa pada nyata ta aka nada lagi Rio untuknya. Dia memacu dengan cepat motornya kearah harga dirinya akan tumpah. Tangisnya akan meleleh dan ditertawakan pilihan. Ditampar oleh penyesalan.|
Gadis itu tahu semua tak akan berjalan baik-baik saja ketika melihat orang yang dia cari sudah berada di depannya membuka pintu, tapi ego nya memacu untuk tetap merobohkan harga diri yang selama ini dia ponggahkan.
“Kita sama-sama wanita seharusnya kau mengerti apa yang aku rasakan.”
“Aku mengerti tapi apa kau tahu kebahagiaan itu kita sendiri yang menciptakan bukan menunggu orang lain memberikan.”
“Kamu benar  tapi tidakkah kau tahu juga yang kau lakukan bukan menciptakan kebahagiaan tapi merebut kebahagiaan aku Lea? “
Mereka berdua sama-sama terdiam dan benar sudah air mata gadis itu mengalir lebih deras dari air, lebih banyak dari hujan. Sesuatu teriris di ujung pilu.
“Tapi aku benar-benar mencintainya, begitu juga Rio. Aku tahu ini salah tapi inilah pilihan aku walaupun kelak harus menyesal aku akan tetap menjalani,”ujar Lea dengan pasti namun ada rasa kasihan di dalam lautan ego nya.
Gadis itu masih belum menyerah, dia masih berharap Lea dapat membiarkan Rio pulang ke hatinya dan kembali menetap di sana sementara dia akan membuat Rio kembali merasakan bunga-bunga yang dulu mereka tanam bersama dengan tawa.
“Ku mohon apa aku harus meronta mengais dan meminta agar dia kembali? Hanya kamu yang dapat membuatnya seperti awal lagi.” Habis sudah harga diri gadis itu, dia tak layaknya seorang penggerumul yang mempertahankan asumsinya padahal nihil terlihat di depan mata.
“Kalau aku merelakan apa Rio benar-benar akan kembali padamu? Apa dia tak akan mencari yang lain? Atau bahkan dia akan mekin membencimu? KAu sendiri yang bilang kita sama-sama wanita bukan? Seharusnya kau mengerti apa yang aku rasakan. Aku dan da sama-sama mencintai., dia memilih aku.”
Telak semua yang dikatakan Lea tepat, tak adalagi harapan dalam pernyataan-pernyataan kosongnya.  Diapun kembali menuju motor kesayangannya walaupun gerimis telah berubah menjadi deras, hujan ikut menangis. Lea menawarkan untuk sejenak berteduh dulu di rumahnya tapi tidak yang dikatakan gadis itu. Mana mungkin dia mampu terus-terusan menatap seseorang yang telah merebut separuh hatinya. Dengan sisa-sisa tenaganya dia mengendarai motor itu ketempat pulang yang tidak selengkap dulu, pulang yang tidak lagi ada Rio menunggu. Bahagia itu diciptakan bukan diberikan  dan merbut kebahagiaan orang lain adalah kebahagiaan dengan paksaan. Kelak orang yang memilih kamu dan meninggalkan kekasihnya akan meninggalkan kamu juga demi orang lain karna orang seperti itu selalu mencari kesempurnaan. Sesungguhnya cinta itu adalah mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna yaitu saling melengkapi. Sekarang gadia itu hanya bisa menikmati penyesalan yang menjalar pada dirinya karna pilihan yang dia harap kebahagiaan berubah menjadi kesedihan. Ketika membuka pintu rumah dengan basah karna hujan dan Kristal-kristal di pipi yang ditutupi dia mengambil sapu tangan dan menyeka wajahnya yang penuh sendu. Dimasukkan kembali sapu tangan special berinisial R dan K itu. Rio dan Kaninta

 Mungkin ini yang dulu dirasakan orang yang kebahagiaannya aku rebut dulu.
Karma itu memang ada untuk orang-orang yang meminta dihampiri.
Aku mengambil handphone di saku dan segera menulis pesan singkat untuk teman yang sudah jauh di sana karena pernah terkhianati.

aku mengirim pesan singkat untuk fieska.

Kebahagiaan itu memang seharusnya tidak dengan merebut kebahagiaan orang lain.
Kaninta, sahabat mu yang begitu jahat."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar