Selasa, 26 Mei 2015

Full Of Stars - #MakeStoryNotWar

Full Of Stars - #MakeStoryNotWar


ps: Cerpen ini menjadi salah satu pemenang diantara tiga pemenang dalam kontes #MakeStoryNotWar yang dibuat oleh Thumbstory - Gramedia.
Bisa juga membaca lengkap dengan cerpen yang lain di Ebooknya free: 
http://blog.thumbstory.com/ebook-kumpulan-cerpen-makestorynotwar/


***

Tembakan roket kembali diudarakan dari satu pihak ke pihak yang lain. Penyusupan dan baku tembak terjadi begitu saja seperti permainan dalam layar yang sering anak-anak mainkan. Bom dan ranjau meledak dengan mudah secepat kita mengedipkan mata. Dentuman, ledakan, jeritan dan tangisan menyatu menjadi orkestra kematian yang mengalun setiap harinya. Selama matahari masih pongah di langit kau akan melihat bagaimana wajah-wajah tak berdosa dan tak bersalah terhempas begitu saja dan ketika langit mulai gelap kau tak akan pernah bisa benar-benar terlelap karna sepanjang malammu akan dipenuhi doa juga ketakutan. Semuanya berusaha menjadi yang unggul entah untuk mempertahankan apa yang mereka punya atau memperjuangkan yang pantas mereka dapatkan. Keduanya sepaham sama-sama berjuang untuk kehidupan mereka namun dengan tujuan dan cara yang berbeda. Belum lagi lihat bagaimana manusia-manusia itu bergeletakan begitu saja meregang nyawa.

Tidakkah mereka bosan dengan ini semua? Tidakkah mereka saling menekan ego masing-masing? Tidakkah mereka merindukan perdamaian? Tidakkah mereka punya hati untuk sekedar menengok berapa banyak nyawa yang hilang untuk hal yang tak pernah ada habisnya?

Tik tok tik tok.
Detak jam terus berbunyi, aku menunggu sampai satu dentuman kencang jam berbunyi. Wah, ini saatnya! 
Aku tersenyum sambil bersenandung riang menuju luar rumah. Langit malam lebih terang dari biasanya dan dihiasi penuh bintang. Indah, tepat ini saatnya!

Aku mulai bernyanyi lagu duka sambil menatap langit kemudian orang-orang yang berada di dalam rumahpun mulai berhambur keluar ikut menatap langit dan bernyanyi. Para militer itu menjatuhkan senjata yang mereka pegang dan menaruh kepalan tangan mereka di dada. 

Satu bintang jatuh..

Seorang anak kecil pincang berseru senang pada orang tuanya kemudian mereka sekeluarga menutup mata mengucapkan permohonan dan setelah itu mereka hilang terhempas seperti abu.

Satu bintang jatuh lagi..

Tua renta yang sudah sebatang kara itu bersujud syukur lalu dia menutup mata dan kemudian hilang pula terhempas bersama angin.

Puluhan bintang jatuhpun muncul..

Sekelompok orang meloncat-loncat kegirangan dan lalu menutup mata perlahan mencair dan hilang.

Aku masih bernyanyi dan menunggu saatnya. Ah, beruntung sekali mereka!
Perlahan suara nyanyian mulai berkurang bersamaan bintang jatuh yang bermunculan. Aku masih menunggu saatnya giliranku. Aku mencuri pandangan ke kiri ada pria yang selama ini kusukai diam-diam. Dia tersenyum padaku dan wajahku langsung memerah. Sampai saat seperti inipun aku tak juga dapat mengutarakan isi hati. Ku lihat ke belakang ternyata kedua orang tuaku sudah tak ada, mereka sudah terhempas terlebih dulu rupanya. Entah mengapa aku menjadi merasa takut dan tidak siap, aku benci kesendirian. 
Bintang jatuh masih terus bermunculan di langit diiringi nyanyian duka kami. Aku mulai gugup melihat satu persatu terhempas sambil menunggu saatnya. Tiba-tiba aku merasakan tangan yang hangat menggenggam tanganku, pria yang aku sukai itu. Dia menggenggamku erat, kami saling bertatapan membuat aku tenggelam dalam bola matanya.

"Tenanglah." Ujarnya dengan suara bariton merdu itu.

Aku mengangguk dan dia memelukku. Aku merasakan rasa damai yang selama ini aku cari. Namun ada rasa sesal mengapa harus terjadi di saat seperti ini.

"Itu giliranku." Katanya tiba-tiba sambil menunjuk bintang jatuh yang mendekat. Dia melepaakan pelukannya.

"Apakah akan sakit?" Tanyaku hati-hati.

"Tidak." Katanya sambil mengusap rambutku. "Aku mencintaimu." Ujarnya tiba-tiba mencium lembut bibirku. Aku dapat merasakannya walaupun sesaat sebelum tiba-tiba dia menghilang dan terhempas. Dan air mataku mengalir.

Ada sinar yang begitu besar dari langit. Lebih besar berkali-kali lipat dari bintang jatuh yang sedari tadi muncul. Sekarang lah saatnya. Aku dapat melihat para militer itu berloncat kegirangan dan yang lain bernyanyi semakin kencang. Sinar itu semakin mendekat dan inilah saatnya, aku menutup mata sambil memohon apa yang mereka semua juga minta. "Aku ingin semua berakhir. Aku ingin perdamaian."

Dan saat itu ledakan dari sinar itu terjadi begitu hebat. Komet itu menghancurkan segala yang disana. Rasanya sedikit sakit namun setelahnya aku seperti terbang ke langit begitu ringan dan lega. Setelah ini tidak adalagi perperangan bukan? Karna semua manusia yang dapat memicu dan melakukan perperangan sudah habis terhempas.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar