Cerpen Berita Duka; Perempuan berhati mendung, berajah matahari. Penipuan yang sempurna bukan ? :")
By: Mentary @AIITHARICH
Berita Duka…
Telah meninggal sebuah harapan dan janji dini hari ini
ditikam oleh sang ingkar.
Kemudian dimakamkan dalam kotak kenangan.
Aku mendengar berita itu dari balik jendela tempat biasa
menatap perempuan itu. Dari kelopak matanya menetes Kristal-kristal yang begitu
indah yang selama ini aku nikmati. Hatinya yang selalu mendung kini hujan
dengan deras. Perempuan cantik berwajah matahari itu menatap nanar kebalik jendela, dia duduk
tepat di sisi tangga rumahnya tempat pijakan yang agak luas dari bagian tangga
lainnya. Aku masih menatapnya dari sini, aku paling suka ketika dia di sana
karna tempat itu bagian paling leluasa meniikmati betapa cantiknya wajah
mendung itu. Hanya saja sialnya dia tak pernah menyadari keberadaanku atau
lebih tepatnya pura-pura tak menyadari, mungkin karena aku bukan hal yang
menarik atau penting untuk menjadi bagian hidupnya. Aku hanya seseuatu dalam
hidupnya sementara dia adalah sepenuhnya dalam suatu hidupku.
Perempuan berhati mendung itu hanya pernah sekali dalam hidupnya
menyapa dan membuatku mengering bersama angin-angin yang mempermainkan rambut
tebal itu sehingga aku dapat menikmati dengan jelas lekuk kecantikannya pada
wajah itu. Selebihnya dia tak pernah memperdulikanku kecuali pada hari ini.
Hari dimana perempuan berhati mendung itu menyerahkan dirinya untuk aku
sepenuhnya. Saat itu hati mendungnya tertutup oleh wajah matahari itu itu
merayuku dan tentu saja aku luluh dan segera ingin mencumbu.
“Dana, hanya kau yang selama ini memperdulikanku. Aku tahu
kau selalu menatapku dari balik jendela. Walaupun terdiam tapi kau selalu
mendengarkan keluh kesahku dan mengerti penderitaanku, hanya saja kau tak
pernah mau merebutku darinya dan enggan untuk memiliki ku sepenuhnya.”
Aku terdiam dengan hati riang, raanya ingin sekali aku
memeluknya dan menjadikan dia milikku dalam waktu semalam. Aku tahu itu hina
tapi dia benar-benar membangkitkan hasratku untuk memeluknya dan membuat wajah
matahari it uterus bersinar tanpa hati yang mendung. Perempuan berhati mendung
itu tidak lagi menatap di balik jendela, dia berada di depanku. Habis sudah aku
tergoda ketika dia mendekat dan bersender pada tubuhku, perlahan aku menjamah
wajahnya dengan lembut dan lekuk-lekuk tubuhnya itu tidak ketinggalan wangi
harum shampoo di rambutnya yang selama ini begitu ingin aku hirup. Dia
membiarkan tangan-tanganku gugur secara perlahan menikmati tubuhnya. Sesekali
dia menghela nafas yang begitu berat, aku tahu masih ada pria itu dalam
pikirannya, pria sipembuat berita duka. Aku rasanya ingin marah tapi dengan
segera dia menciumku, dia mencium aroma tubuhku sambil sesekali menghembuskan
nafas beratnya itu. Rasanyageli, menggelitik sampai ke pikiran terliar yang
pernah ada.
Kemudian dia menatap aku lagi, wajahnya masih seperti
matahari yang bersinal walaupun kini bulan dan bintang menguasai langit, namun
hati mendung itu terlihat jelas dalam matanya. Gantian dia membelai wajahku
lembut kemudian tersenyum seperti malaikat yang siap ke surga. “Kau mencintaiku
bukan?” Tanyanya.
Lagi-lagi aku terdiam begitu pengecut. Dia tahu apa yang aku
tahu tentang persaanku padanya. “Kau tidak perlu menahan diri lagi Dana,
hubunganku dan pria itu sudah berakhir. Aku ingin menjadi milikmu. Aku juga
mencintaimu, maukah kau menjadikan aku di sisimu selamanya?” Tanyanya lagi karna
aku hanya terdiam.
Tanpa ragu aku mengangguk lembut bersama angin pada malam
itu. Kemudian dia mengeluarkan sebuah tali tambang dari plastic yang dia bawa.
Air matanya kembali tumbah menghancurkan tameng pertahanannya. Dengan kalap
perempuan berhati mendung itu menjerat badanku dengan tali tambang. Sesak, dia
mengikatku begitu kuat. Aku mencintainya tapi ini terlalu gila. Kemudian dia
melakukan hal-hal yang tak pernah aku bayangkan. Perempuan berhati mendung itu
membuat aku menjadi miliknya begitu juga sebaliknya.
*
“Hentikan Afka ini sudah keterlaluan! Berapa kali aku harus
bertahan dengan air mata yang selalu kau ciptakan!”
“Sudah aku bilang hubungan kita tidak dapat dipertahankan
Tisha.” Afka berlari menuruni tangga rumah Latisha dengan terburu-buru diikuti
Latisha yang mengejar dengan isak yang tak tertahankan.
“Wanita keberapa yang suah kau tiduri kali ini? Bagaimana
dengan janji-janji kau dulu? Impian kita bersama? Harapan-harapan? Kau
meninggalkannya begitu saja.” Latisha berhenti di depa LCD TV rumahnya yang
sepi setelah kepergian orang tuanya pada sebuah kecelakaan.
“Percuma aku sudah tidak punya perasaan lagi padamu, lupakan
saja.” Afka mendekat dengan suara yang jmelebut sambil membelai wjah cantik
Latisha yang penuh duka. “Kau akan bertemu dengan kebahagiaan yang tepat, aku
hanya persinggahan dalam kehidupanmu begitu juga sebaliknya.”
“Tidak Afka, aku sendirian dan hanya kau tempat bergantung.
Kau lebih dari sekedar kekasih tapi juga keluarga, darimu aku mendapatkan
perlindungan dan kenyamanan.” Latisha memeluk Afka dengan erat.
Afka membalas pelukan Latisha. Selalu begitu, Latisha
membuat Jiwa pria Afka bangun. Latisha memang benar perempuan yang membuat pria
bertekuk lutut di depannya. “AKu jatuh cinta pada gadis lain bukan sekedar
tentang nafsu.”
Latisha murka saat itu. Dia melepas pelukannya juga tangan
Afka yang masih memeluknya. “Lalu bagaimana dengan aku? Kau sudah mendapatkan
hartaku! Kehormatanku!”
“Tapi itu kita lakukan atas suka sama suka.”
Latisha mengambil
pisau yang berada diantara buah-buah di tengah meja depan LCD TV. “Tapi aku
memberikan itu karna kita saling mencinta karna kau berjanji dengan semua
harapan itu! Mimpi itu!” Latisha dengan kalap menusuk Afka berkali-kali sampai
pria itu terdiam, selamanya. Dia tak pernah bisa bicara lagi untuk meninggalkan
Latisha. Mulutnya terkunci dengan ingkar yang dia torehkan.
Aku seperti biasa melihatnya dari balik jendela. Melihat
semua kejadian yang tidak seharusnya dilihat dan Latisha menyadari aku melihat
dengan jelas bagaimana dia menjadikan Afka-Pria-Yang-Dicintai-nya menjadi milik
dia selamanya.
Setelah mencium bibir Afka Latisha menyeka darah yang ada
pada dirinya kemudian menatapku sambil mendekat. Dia menyapaku, sungguh aku
bahagia, mungkin gila. AKu berjanji akan merahasiakan ini dari siapapun. Lagipula
Afka memang pantas mendapatkannya dia selalu membuat Latisha dengan hati
mendung itu.
*
Komplek rumah Latisha riuh sekali terungkap kematian Afka
yang ditemukan dalam rumahnya dengan bau begitu busuk. Belum lagi mayat Latisha
yang tergantung di pohon halamannya sendiri. Warga tidak pernah menyangka
perempuan yang begitu ramah pada tetangga walaupun kesepian membunuh kekasihnya
dan dirinya sendiri. Banyak spekulasi
tidak jelas seputar kasus ini kearah kejiwaan Latisha yang terganggu.
Berita Duka…
Telah tewas bunuh diri seorang perempuan bernama Latisha dengan gantung diri setelah membunuh kekasihnya yang bernama A.
Aku hanya terdiam tidak berani sedikitpun mengeluarkan kata.
Aku berjanji selalu menjaga rahasia apa yang aku lihat dari balik jendela itu. Seandainya aku punya keberanian untuk
mencegahnya atau setidaknya aku punya kekuatan untuk melakukannya. Mungkin aku
pula yang salah karna aku perempuan yang paling aku cintai itu pergi selamanya
menuju surga dimana hatinya tak akan pernah mendung, hanya aka nada wajah
matahari. Apapun itu aku masih menyesal atas semuanya. Jika aku punya
kesempatan untuk meminta aku tak ingin semua malam itu terjadi, aku tidak ingin
menjadi diriku. Aku tidak ingin menjadi Dana, pohon Cendana yang hanya dia
ketika melihat wanita yang dicintai bunuh diri pada tubuhnya sendiri.
Seandainya aku menjadi manusia.
Berita Duka…
Pohon Cendana itu mulai menua, tangan-tangan itu mongering
dan berguguran bersama angin.
Warga setempatpun memutuskan untuk menebangnya.
*
kurang ngerti lah dengan cerita ini , siapa2 ja tokoh nya tapi kalau di liat cerita nya bagus ...
BalasHapus