Sabtu, 12 Oktober 2013

Berita Duka; Perempuan berhati mendung, berwajah matahari.

Cerpen Berita Duka; Perempuan berhati mendung, berajah matahari. Penipuan yang sempurna bukan ? :")
By: Mentary @AIITHARICH 



Berita Duka…
Telah meninggal sebuah harapan dan janji dini hari ini ditikam oleh sang ingkar.
Kemudian dimakamkan dalam kotak kenangan.

Aku mendengar berita itu dari balik jendela tempat biasa menatap perempuan itu. Dari kelopak matanya menetes Kristal-kristal yang begitu indah yang selama ini aku nikmati. Hatinya yang selalu mendung kini hujan dengan deras. Perempuan cantik berwajah matahari  itu menatap nanar kebalik jendela, dia duduk tepat di sisi tangga rumahnya tempat pijakan yang agak luas dari bagian tangga lainnya. Aku masih menatapnya dari sini, aku paling suka ketika dia di sana karna tempat itu bagian paling leluasa meniikmati betapa cantiknya wajah mendung itu. Hanya saja sialnya dia tak pernah menyadari keberadaanku atau lebih tepatnya pura-pura tak menyadari, mungkin karena aku bukan hal yang menarik atau penting untuk menjadi bagian hidupnya. Aku hanya seseuatu dalam hidupnya sementara dia adalah sepenuhnya dalam suatu hidupku.
Perempuan berhati mendung itu hanya pernah sekali dalam hidupnya menyapa dan membuatku mengering bersama angin-angin yang mempermainkan rambut tebal itu sehingga aku dapat menikmati dengan jelas lekuk kecantikannya pada wajah itu. Selebihnya dia tak pernah memperdulikanku kecuali pada hari ini. Hari dimana perempuan berhati mendung itu menyerahkan dirinya untuk aku sepenuhnya. Saat itu hati mendungnya tertutup oleh wajah matahari itu itu merayuku dan tentu saja aku luluh dan segera ingin mencumbu.
“Dana, hanya kau yang selama ini memperdulikanku. Aku tahu kau selalu menatapku dari balik jendela. Walaupun terdiam tapi kau selalu mendengarkan keluh kesahku dan mengerti penderitaanku, hanya saja kau tak pernah mau merebutku darinya dan enggan untuk memiliki ku sepenuhnya.”
Aku terdiam dengan hati riang, raanya ingin sekali aku memeluknya dan menjadikan dia milikku dalam waktu semalam. Aku tahu itu hina tapi dia benar-benar membangkitkan hasratku untuk memeluknya dan membuat wajah matahari it uterus bersinar tanpa hati yang mendung. Perempuan berhati mendung itu tidak lagi menatap di balik jendela, dia berada di depanku. Habis sudah aku tergoda ketika dia mendekat dan bersender pada tubuhku, perlahan aku menjamah wajahnya dengan lembut dan lekuk-lekuk tubuhnya itu tidak ketinggalan wangi harum shampoo di rambutnya yang selama ini begitu ingin aku hirup. Dia membiarkan tangan-tanganku gugur secara perlahan menikmati tubuhnya. Sesekali dia menghela nafas yang begitu berat, aku tahu masih ada pria itu dalam pikirannya, pria sipembuat berita duka. Aku rasanya ingin marah tapi dengan segera dia menciumku, dia mencium aroma tubuhku sambil sesekali menghembuskan nafas beratnya itu. Rasanyageli, menggelitik sampai ke pikiran terliar yang pernah ada.
Kemudian dia menatap aku lagi, wajahnya masih seperti matahari yang bersinal walaupun kini bulan dan bintang menguasai langit, namun hati mendung itu terlihat jelas dalam matanya. Gantian dia membelai wajahku lembut kemudian tersenyum seperti malaikat yang siap ke surga. “Kau mencintaiku bukan?” Tanyanya.
Lagi-lagi aku terdiam begitu pengecut. Dia tahu apa yang aku tahu tentang persaanku padanya. “Kau tidak perlu menahan diri lagi Dana, hubunganku dan pria itu sudah berakhir. Aku ingin menjadi milikmu. Aku juga mencintaimu, maukah kau menjadikan aku di sisimu selamanya?” Tanyanya lagi karna aku hanya terdiam.
Tanpa ragu aku mengangguk lembut bersama angin pada malam itu. Kemudian dia mengeluarkan sebuah tali tambang dari plastic yang dia bawa. Air matanya kembali tumbah menghancurkan tameng pertahanannya. Dengan kalap perempuan berhati mendung itu menjerat badanku dengan tali tambang. Sesak, dia mengikatku begitu kuat. Aku mencintainya tapi ini terlalu gila. Kemudian dia melakukan hal-hal yang tak pernah aku bayangkan. Perempuan berhati mendung itu membuat aku menjadi miliknya begitu juga sebaliknya.

*

“Hentikan Afka ini sudah keterlaluan! Berapa kali aku harus bertahan dengan air mata yang selalu kau ciptakan!”
“Sudah aku bilang hubungan kita tidak dapat dipertahankan Tisha.” Afka berlari menuruni tangga rumah Latisha dengan terburu-buru diikuti Latisha yang mengejar dengan isak yang tak tertahankan.
“Wanita keberapa yang suah kau tiduri kali ini? Bagaimana dengan janji-janji kau dulu? Impian kita bersama? Harapan-harapan? Kau meninggalkannya begitu saja.” Latisha berhenti di depa LCD TV rumahnya yang sepi setelah kepergian orang tuanya pada sebuah kecelakaan.
“Percuma aku sudah tidak punya perasaan lagi padamu, lupakan saja.” Afka mendekat dengan suara yang jmelebut sambil membelai wjah cantik Latisha yang penuh duka. “Kau akan bertemu dengan kebahagiaan yang tepat, aku hanya persinggahan dalam kehidupanmu begitu juga sebaliknya.”
“Tidak Afka, aku sendirian dan hanya kau tempat bergantung. Kau lebih dari sekedar kekasih tapi juga keluarga, darimu aku mendapatkan perlindungan dan kenyamanan.” Latisha memeluk Afka dengan erat.
Afka membalas pelukan Latisha. Selalu begitu, Latisha membuat Jiwa pria Afka bangun. Latisha memang benar perempuan yang membuat pria bertekuk lutut di depannya. “AKu jatuh cinta pada gadis lain bukan sekedar tentang nafsu.”
Latisha murka saat itu. Dia melepas pelukannya juga tangan Afka yang masih memeluknya. “Lalu bagaimana dengan aku? Kau sudah mendapatkan hartaku! Kehormatanku!”
“Tapi itu kita lakukan atas suka sama suka.”
Latisha  mengambil pisau yang berada diantara buah-buah di tengah meja depan LCD TV. “Tapi aku memberikan itu karna kita saling mencinta karna kau berjanji dengan semua harapan itu! Mimpi itu!” Latisha dengan kalap menusuk Afka berkali-kali sampai pria itu terdiam, selamanya. Dia tak pernah bisa bicara lagi untuk meninggalkan Latisha. Mulutnya terkunci dengan ingkar yang dia torehkan.
Aku seperti biasa melihatnya dari balik jendela. Melihat semua kejadian yang tidak seharusnya dilihat dan Latisha menyadari aku melihat dengan jelas bagaimana dia menjadikan Afka-Pria-Yang-Dicintai-nya menjadi milik dia selamanya.
Setelah mencium bibir Afka Latisha menyeka darah yang ada pada dirinya kemudian menatapku sambil mendekat. Dia menyapaku, sungguh aku bahagia, mungkin gila. AKu berjanji akan merahasiakan ini dari siapapun. Lagipula Afka memang pantas mendapatkannya dia selalu membuat Latisha dengan hati mendung itu.

*

Komplek rumah Latisha riuh sekali terungkap kematian Afka yang ditemukan dalam rumahnya dengan bau begitu busuk. Belum lagi mayat Latisha yang tergantung di pohon halamannya sendiri. Warga tidak pernah menyangka perempuan yang begitu ramah pada tetangga walaupun kesepian membunuh kekasihnya dan dirinya sendiri.  Banyak spekulasi tidak jelas seputar kasus ini kearah kejiwaan Latisha yang terganggu.

Berita Duka…
Telah tewas bunuh diri seorang perempuan bernama Latisha dengan gantung diri setelah membunuh kekasihnya yang bernama A.

Aku hanya terdiam tidak berani sedikitpun mengeluarkan kata. Aku berjanji selalu menjaga rahasia apa yang aku lihat dari balik jendela itu.  Seandainya aku punya keberanian untuk mencegahnya atau setidaknya aku punya kekuatan untuk melakukannya. Mungkin aku pula yang salah karna aku perempuan yang paling aku cintai itu pergi selamanya menuju surga dimana hatinya tak akan pernah mendung, hanya aka nada wajah matahari. Apapun itu aku masih menyesal atas semuanya. Jika aku punya kesempatan untuk meminta aku tak ingin semua malam itu terjadi, aku tidak ingin menjadi diriku. Aku tidak ingin menjadi Dana, pohon Cendana yang hanya dia ketika melihat wanita yang dicintai bunuh diri pada tubuhnya sendiri. Seandainya aku menjadi manusia.

Berita Duka…
Pohon Cendana itu mulai menua, tangan-tangan itu mongering dan berguguran bersama angin.
Warga setempatpun memutuskan untuk menebangnya.


*




1 komentar:

  1. kurang ngerti lah dengan cerita ini , siapa2 ja tokoh nya tapi kalau di liat cerita nya bagus ...

    BalasHapus